Kata
pengantar
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas izin-Nyalah penyusunan laporan ini
dapat diselesaikan tepat waktu.Laporan ini berisi tentang hasil penelitian
sosial dengan judul sesuai dengan yang tertera pada cover awal yang diajukan
untuk memenuhi tugas sosiologi,dan juga menjadi titik awal saya untuk mendalami
suatu polemik dalam kehidupan sosial sekitar.
Saya juga berterimakasih untuk semua
pihak terutama responden di kelas XII
IPA 2 yang sudah membantu rampungnya tugas ini.Terimakasih juga pada kedua Orang tua saya yang sudah membantu dalam
memberikan dukungan moral maupun materi.
Tidak lupa
saya juga mengucapkan terimakasih banyak kepada wali kelas saya di XII IPS 2 ibu
Dra.Euis Sulaesih yang sekaligus
guru pembimbing mata pelajaran sosiologi ini,karna tanpa beliau belum tentu
saya dapat memahami materi ini dengan baik.
Saya menyadari bahwa penyusunan
laporan ini masih belum sempurna.Oleh karena itu,saya sangat menerima segala
kritik dan saran yang bersifat membangun agar dalam kesempatan selanjutnya saya
dapat menghasilkan laporan yang lebih sempurna dan berkualitas lagi.
Semoga dapat
bermanfaat.
Bandung,26 Maret 2013
Rebecca Uli
DAFTAR ISI
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan Penelitian
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Metode Penelitian
1.5 Penjelasan istilah
1.6 Populasi Sampe
1.7
Sistematika Penulisan
BAB II Kajian Teoritis
2.1 Pengertian Keharmonisa
2.2 Faktor Keharmonisan Keluarg
2.3 Ciri-ciri Keluarga Harmoni
2.4 Pengaruh Keharmonisan Keluarga Pada Karakter Remaj
2.5 Upaya Menjaga Keharmonisan Keluarg
2.6 Contoh-contoh Penyimpangan Akibat Ketidakharmonisan Keluarga Pada Remaja…………………………..
BAB III Isi atau Pembahasan
3.1 Teknik Pengumpulan Dat
3.2 Teknik Pentabulasian Dat
3.3 Kesimpulan Hasil Angket
BAB IV Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Latar
belakang saya memilih keharmonisan keluarga sebagai tema pembahasan dalam tugas
penelitian aya adalah karena saya menemukan banyak remaja yang tergolong
bermasalah dan melakukan penyimpangan-penyimpangan.khususnya remaja di sekolah
yang sering berurusan dengan BP/BK.
Setelah survey sekilas,saya mengetahui
bahwa kebanyakan dari remaja tersebut berasal dari keluarga yang kondisinya
kurang harmonis.
1.2. TUJUAN PENELITIAN / MAKSUD PENELITIAN
Disamping untuk memenuhi tugas mata
pelajaran sosiologi,saya memang sangat tertarik untuk mendalami dan meneliti
masalah ini. Tentunya agar mengetahui lebih banyak lagi informasi yang
berdasarkan fakta dan dapat berguna di kemudian hari.
Dan agar kita mengetahui sebab-akibat
dan apa yang harus kita lakukan untuk mengatasinya.Juga untuk membuktikan
kebenaran persepsi masyarakat atas cap buruk yang melekat pada remaja broken home melalui kumpulan pendapat
masyarakat umum maupun menurut ilmu pengetahuan sosial.
Sehingga kita bisa lebih peka dan
cerdas dalam memandang,menilai dan mengatasi suatu hal khususnya dalam masalah
seperti ini.
1.3. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa tingkat keharmonisan keluarga
sangat penting?
2. Mengapa remaja “Broken Home”
cenderung memiliki karakter buruk?
3. Bagaimana cara menghadapi remaja
seperti ini?
4. Siapa saja yang harus terlibat dalam
menyelesaikan masalah ini?
5. Bagaimana contoh keluarga yang bisa
disebut sebagai keluarga “Broken Home” ?
6. Bagaimana cara menghindari/mencegah
hal ini terjadi?
7. Apakah karakter buruk remaja ini
dapat diubah?
8. Hal seperti apa yang harus dihindari
dalam menghadapi remaja seperti ini?
1.4. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini saya memilih
metode Deskriptif sebagai acuan dalam melakukan penelitian.
·
Pengertian Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti
setatus sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu
sistempeikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
· Ciri-ciri Metode Deskriptif
Secara
harfiyah, metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran
mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan
akumulasi data dasar belaka. Namun, dalam pengertian metode penelitian yang
lebih luas, penelitian deskriptif mencakup metode penelitian yang lebih luas di
luar metode sejarah dan eksperimental, dan secara lebih umum sering diberi
nama, metode survei.
6
1.5. PENJELASAN ISTILAH
· Pengaruh =
Pengaruh
adalah daya yang ada atau timbul dari suatu orang atau benda yang ikut
membentuk watak ,kepercayaan,atau perbuatan seseorang. Misalnya, besar sekali pengaruh orang tua terhadap watak
anaknya.
· Keharmonisan =
Keharmonisan
adalah keadaan yang selaras atau serasi.
· Keluarga =
Keluarga
adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan
darah.
· Pembentukan =
Merupakan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan
sehari-hari.
· Karakter =
Bawaan,hati,jiwa,kepribadian,budi
pekerti,perilaku,personalitas, sifat,tabiat,temperamen,watak.
· Remaja =
Suatu
usia dimana anak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih
tua melainkan sama,atau paling tidak sejajar.
7
1.6. POPULASI SAMPEL
·
Pengertian
a.
Populasi, adalah Populasi
atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan
diduga. Populasi adalah keseluruhan obyek
penelitian (Arikunto, 1996: 115).
b.
Sampel, adalah sebagian dari seluruh
individu yang menjadi objek penelitian atau bagian dari populasi yang
diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian yang bersifat representatif (Arikunto, 1996: 117).
Jumlah populasi dari penelitian ini
adalah 56 responden, tetapi penulis hanya membutuhkan 40 responden untuk
diteliti.
× 280 = 56 responden
Jenis sampel yang di pakai adalah sampel
strata,sampel kelompok dan sampel random (acak), alasan memilih sampel strata
karena responden yang diteliti berada di tingkat kelas XII. Sampel kelompok
karena responden berasal dari kelompok IPA 2,Sedangkan memilih sampel
random (sampel acak) karena pengambilan sampel dilakukan dengan memberikan
kesempatan yang sama.
Catatan
: yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 2 di
SMA NEGERI 3 CIMAHI.
1.7.
SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang Masalah
1.2.
Tujuan
Penelitian
1.3.
Rumusan
Masalah
1.4.
Metode
Penelitian
1.5.
Penjelasan
Istilah
1.6.
Populasi
Sampel
1.7.
Sistematika
Penulisan
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1.
Pengertian
dari Keharmonisan
2.2.
Faktor
Keharmonisan Keluarga
2.3.
Ciri-ciri
Keluarga Harmonis
2.4.
Pengaruh
Keharmonisan Keluarga Pada Karakter Remaja
2.5.
Upaya
Menjaga Keharmonisan Keluarga
2.6.
Contoh
Penyimpangan Akibat Ketidakharmonisan Keluarga
BAB III
ISI/PEMBAHASAN
3.1.
Teknik
Pengumpulan Data
3.2.
Teknik
Pentabulasian Data
3.3.
Kesimpulan
Hasil Angket
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
4.2.
Saran
BAB II
KAJIAN
TEORITIS
2.1. PENGERTIAN KEHARMONISAN
Keharmonisan
adalah keadaan yang selaras atau serasi dalam keluarga.
2.2. FAKTOR KEHARMONISAN KELUARGA
Faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga
antara lain adalah:
1.
Suasana
rumah yang menyenangkan
2.
Anggota
keluarga saling menghargai dan pengertian
3.
Kondisi
ekonomi keluarga yang cukup baik
2.3. CIRI-CIRI KELUARGA
HARMONIS
1. Menikmati kehadiran satu sama lain.
2. Saling terbuka dan percaya satu sama lain
3. Saling membantu dan bekerja sama
4. Tidak mempunyai masalah kesehatan yang mengganggu
aktivitas
5. Selalu punya waktu luang untuk berlibur bersama
6. Saling mengenal teman dan keluarga masing-masing
2.4. PENGARUH
KEHARMONISAN KELUARGA PADA KARAKTER REMAJA
Banyak
penelitian yang dilakukan para ahli,menemukan bahwa remaja yang berasal dari
keluarga yang penuh perhatian,hangat,dan harmonis mempunyai kemampuan dalam
menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik dengan lingkungan disekitarnya.
Anak yang mempunyai penyesuaian diri yang baik di sekolah
biasanya memiliki latar belakang keluarga yang harmonis,menghargai pendapat
anak,dan hangat.Hal ini disebabkan karena anak yang berasal dari keluarga yang
harmonis akan mempersepsi rumah mereka sebagai suatu tempat yang membahagiakan
karena semakin sedikit masalah antara orang tua,maka semakin sedikit masalah
yang dihadapi anak dan begitu juga sebaliknya.
2.5. UPAYA MENJAGA
KEHARMONISAN KELUARGA
1. Saling Menghargai
2. Pupuklah Kesabaran
3. Memahami Satu Sama Lain
4. Selalu Ucapkan Terima Kasih
5. Katakan Cinta Sesering Mungkin
6. Buang Jauh Perasaan Negatif
7. Ibadah Bersama
11
2.6.
CONTOH-CONTOH PENYIMPANGAN AKIBAT KETIDAKHARMONISAN
KELUARGA PADA REMAJA
“Broken Home sering kali menjadi pemicu
seseorang khususnya remaja melakukan penyimpangan sosial,diantaranya:
1. Pecandu Narkoba
2. Perilaku Seks Bebas
3. Sikap Apatis
4. Minum minuman Keras/Mabuk
5. Rasa Ketidakpedulian Seseorang Terhadap Lingkungan
Disekitarnya,dll
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam pengumpulan
data saya menggunakan sistem penyebaran angket,yaitu dengan menuliskan beberapa
pertanyaan yang diajukan kepada responden. Angket terdiri dari 2 jenis yaitu
angket terbuka dan angket tertutup, pada kesempatan kali ini saya menggunakan
angket tertutup karena dalam menjawab pertanyaan yang diajukan responden
memilih salah satu ketentuan yang diajukan yaitu YA/TIDAK/KADANG.
3.2. TEKNIK
PENTABULASIAN DATA
Teknik
pentabulasian data yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan tabel untuk mengakumulasikan dan menghitung jumlah jawaban
responden dengan menggunakan turus/taly.
3.3.
KESIMPULAN HASIL ANGKET
*Pertanyaan 1
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban responden dengan 40 orang menjawab “YA” dan 0
menjawab “TIDAK” dan 2 orang menjawab
“KADANG” dapat disimpulkan bahwa keharmonisan keluarga sangat berpengaruh dalam
pembentukan karakter remaja.
18
*Pertanyaan 2
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban responden dengan 4 orang menjawab “YA” dan 9 orang
menjawab “Tidak“ dan 22 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa kadang
remaja broken home cenderung melakukan penyimpangan.
*Pertanyaan 3
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban responden dengan 19 orang menjawab “YA” dan 6 orang
menjawab “TIDAK” dan 17 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa
penyimpangan yang mereka lakukan adalah bentuk mencari perhatian orang lain.
*Pertanyaan 4
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban reponden dengan 2 orang menjawab “YA” dan 34 orang
menjawab “TIDAK” dan 6 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa bagi
para responden,remaja broken home tidak
selalu dicap sebagai anak nakal.
14
*Pertanyaan 5
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban reponden dengan 25 orang menjawab “YA” dan 7 orang
menjawab “TIDAK” dan 10 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa lingkungan
sekitar mempengaruhi karakter remaja broken
home.
*Pertanyaan 6
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban responden dengan 24 orang menjawab “YA” dan 6 orang
menjawab “TIDAK” dan 12 orang menjawab “KADANG” dapat
disimpulkan bahwa perceraian
orang tua dapat dikatakan sebagai keluarga broken
home.
*Pertanyaan 7
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban responden dengan 1 orang menjawab “YA” dan 37 orang
menjawab “TIDAK” dan 4 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa kesulitan
ekonomi keluarga tidak dikatakan sebagai keluarga broken home.
*Pertanyaan 8
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban responden dengan 7 orang menjawab “YA” dan 21 orang
menjawab “TIDAK” dan 14 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa keluarga
dengan bentuk poligami tidak dikatakan sebagai keluarga broken home.
15
*Pertanyaan 9
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban responden dengan 4 orang menjawab “YA” dan 33 orang
menjawab “TIDAK” dan 5 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa memiliki
orang tua tiri karena salah satu orang tua sudah meninggal tidak dikatakan
sebagai keluarga broken home.
*Pertanyaan 10
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban responden dengan 37 orang menjawab “YA” dan 3 orang
menjawab “TIDAK” dan 2 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa dampak
negative bagi jiwa remaja yang berasal dari keluarga broken home dapat dicegah.
*Pertanyaan 11
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban responden dengan 36 orang menjawab “YA” dan 1 orang
menjawab “TIDAK” dan 5 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa jika
sudah terlanjur terjerumus,karakter buruk tersebut dapat diubah.
*Pertanyaan 12
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban responden dengan 2 orang menjawab “YA” dan 39 orang
menjawab “TIDAK” dan 1 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa remaja
dengan keluarga broken home tidak
perlu dijauhi/dihindari.
16
*Pertanyaan 13
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban responden dengan 8 orang menjwab “YA” dan 13 orang
menjawab “TIDAK” dan 21 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa berteman
dengan remaja seperti ini kadang bisa membawa pengaruh besar bagi diri kita
juga.
*Pertanyaan 14
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban responden dengan 5 orang menjawab “YA” dan 22 orang
menjawab “TIDAK” dan 15 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulakan bahwa dalam
keluarga broken home,orang tua tidak
harus selalu disalahkan.
*Pertanyaan 15.
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban responden dengan 17 orang menjawab “YA” dan 5 orang
menjawab “TIDAK” dan 25 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa tempramen
remaja broken home kadang lebih
tinggi dibanding remaja dengan keluarga harmonis.
*Pertanyaan 16
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban responden dengan 31 orang menjawab “YA” dan 9 orang
menjawab “TIDAK” dan 2 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa
kebanyakan responden mempunyai teman yang berlatar belakang broken home di lingkungannya.
17
*Pertanyaan 17
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban responden dengan 2 orang menjawab “YA” dan 25 orang
menjawab “TIDAK” dan 19 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa
kebanyakan dari mereka tidak selalu memiliki karakter buruk.
*Pertanyaan 18
Berdasarkan
jumlah pengitungan jawaban responden dengan 2 orang menjawab “YA” dan 38 orang
menjawab “TIDAK” dan 2 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa kebanyakan
responden tidak menghindari/menjaga jarak dari remaja tersebut.
*Pertanyaan 19
Berdasarkan
jumlah penghitungan jawaban responden dengan 5 orang menjawab “YA” dan 22 orang
menjawab “TIDAK” dan 15 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa tekanan
yang datang dari luar seperti hinaan dan ejekan,tidak membuat remaja broken home berubah menjadi karakter
yang lebih baik.
*Pertanyaan 20
Berdasarkan
jumlah pengitungan jawaban responden dengan 32 orang menjawab “YA” dan 4 orang
menjawab “TIDAK” dan 6 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa kebanyakan
responden mengaku bahwa keluarganya adalah tipe keluarga harmonis.
18
*Pertanyaan 21
Berdasarkan
jumlah pengitungan jawaban responden dengan 6 orang menjawab ”YA” dan 22 orang
menjawab “TIDAK“ dan 14 orang menjawab “KADANG” dapat disimpulkan bahwa penyimpangan
adalah hal yang tidak wajar sekalipun dilakukan oleh remaja broken home.
BAB IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
Lingkungan
keluarga yang kondusif dapat menciptakan factor ketenangan pada diri
seseorang.Demikian juga dengan perhatian dan kasih sayang seseorang atau orang
tua kepada anak mereka.Perasaan tenang secara alami yang tidak didapat dari
dalam keluarga dapat mencegah seseorang mencari ketenangan dalam bentuk lain
dengan berbagai cara. Terutama remaja yang mengalami masa peralihan dari
anak-anak ke dewasa. Dalam masa ini remaja membutuhkan pengawasan dan perhatian
dari orang-orang terdekatnya terutama orangtuanya untuk selalu membimbingnya
dalam melakukan pilihan-pilihan hidup yang dialaminya. Remaja yang tidak
mendapatkan kasih sayang dan perhatian seperti dalam keluarga broken home seringkali melakukan
kesalahan dalam pilihan hidupnya yang berakhir pada penyimpangan sosial dan
menjadi karakternya.
4.2.
SARAN
Banyak
cara sebenarnya yang bisa dilakukan untuk mengatasi problem ini. Yaitu dengan
peka dan menghargai juga menjaga sikap kita dalam menghadapi mereka. Menurut
saya,kita bisa memberi masukan-masukan positif dan berguna agar mereka tetap
merasa dihargai dan disayang oleh orang-orang sekitarnya. Bukan malah dihujat
dan dihakimi.karna pada dasarnya mereka juga tidak pernah mau memilih menjadi
seperti itu.
Dalam
hal ini diperlukan juga kerjasama orangtua maupun keluarga dalam membina remaja
sehingga mereka tetap merasa diperhatikan. Lingkungan sekolah dan sekitarpun
diharapkan dapat mengerti dan memberikan suasana yang menyenangkan dan
menenangkan sehingga remaja tidak memendam perasaannya sendiri yang dapat
beralih menjadi tekanan dan dituangkan dalam penyimpangan-penyimpangan yang
merugikan diri si remaja maupun orang lain disekitarnya.